Rabu, 02 Agustus 2017

TURNOVER DAN STRATEGI ORGANISASI UNTUK MENGATASINYA MELALUI PEMBERDAYAAN KARYAWAN

TURNOVER DAN STRATEGI ORGANISASI UNTUK MENGATASINYA
MELALUI PEMBERDAYAAN KARYAWAN

(Aktualisasi Potensi Karyawan)

Dewi H. Harahap1), Tri Welas Asih1), Siti Mahmudah2) & Arundati Shinta1)
1) Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang


ABSTRAK. Turnover merupakan strategi yang sering dilakukan oleh karyawan yang baru pertama kali lulus dari tempat pendidikan dan ingin mencoba bekerja pertama kali. Mereka belum berpengalaman kerja, sehingga lebih cepat merasa tidak puas bila menghadapi situasi yang tidak menyenangkan dalam organisasi. Reaksi spontan yang pertama kali ditampakkan adalah langsung keluar dari organisasi. Turnover pada karyawan ini sangat merugikan organisasi, karena karyawan adalah aset dari organisasi. Hilangnya aset berharga berarti organisasi menjadi timpang. Kerugian organisasi semakin parah ketika pelaku turnover itu tidak hanya karyawan baru tetapi karyawan yang sudah berpengalaman tinggi serta sudah sering mengikuti pelatihan. Organisasi harus berbenah menghadapi permasalahan ini. Pemimpin harus peka terhadap keresahan-keresahan yang muncul dari para karyawan. Strategi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan turnover ini ialah melakukan kesepakatan kerja dengan karyawan baru. Kesepakatan kerja tersebut berisi beberapa hal yaitu: 1). Jangka waktu yang diijinkan bagi karyawan baru yang diterima untuk mengundurkan diri. 2). Karyawan yang sudah diterima namun belum habis masa kontraknya dan ingin mengundurkan diri, maka ia diharuskan mengganti biaya-biaya pelatihan yang telah diterimanya. 3). Bagi karyawan lama, maka mereka didorong untuk mengikuti berbagai pelatihan atau melanjutkan pendidikan lagi, yang mana semuanya dibiayai oleh organisasi. Setelah menikmati fasilitas pelatihan / pendidikan lanjutan itu, maka mereka harus mematuhi ketentuan organisasi yaitu 2n+1. Mereka harus tetap bekerja di organisasi minimal dua kali masa studi ditambah dengan satu tahun. 4). Manajemen melakukan pembenahan dan penataan kembali semua perangkat organisasi untuk meredam keresahan karyawan. 5) Manajemen menekankan bahwa kepemimpinan tidak hanya berada pada pengelola manajemen saja, tetapi juga berada dalam setiap diri karyawan. Karyawan didorong untuk memunculkan potensinya, sehingga motivasi kerjanya lebih didominasi oleh motivasi internal. Strategi ini semakin lancar tatkala pemimpin juga memberikan suri tauladan.

Kata kunci : turnover, kinerja karyawan, motivasi kerja









Selasa, 13 Juni 2017

Menjadi “ Pemulung Berkelas”, kenapa harus malu ??


Menjadi “ Pemulung Berkelas”, kenapa harus malu ??
Tri Welas Asih
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45




Salah satu masalah yang menjadi perhaian di kota Jogja ini adalah masalah sampah. Hampir disetiap tempat kita menemukan sampah. Fenomena yang banyak terjadi adalah belum adanya kesadaran dari individu untuk ikut bertanggung jawab menjaga lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya. Orang dewasa seharusnya memberi contoh bagi anak-anak untuk menjaga lingkungan tapi pada kenyataannya justru anak yang kadang memperingatkan orang tuanya atau orang dewasa untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal ini menjadi indikator bahwa kesadaran untuk peduli dengan lingkungan pada anak kadang lebih tinggi dari orang dewasa. Orang dewasa sering merasa cuek dengan lingkungan sekitarnya.
Menghadapi fenomena seperti diatas, Fakultas Psikologi UP45 berusaha  untuk ikut serta dalam kegiatan kepedulian lingkungan. Kegiatan yang sedang digalakkan saat ini adalah mewajibkan setiap mahasiswa psikologi untuk menjadi nasabah bank sebagai wujud ikut serta dalam kepedulian lingkungan. Menjadi nasabah di bank sampah, suatu aktivitas yang baru sekali dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa psikologi. Pada prinsipnya sama dengan kita menabung uang di bank, hanya saja di bank sampah ini kita bukan setot uang melainkan setor sampah. 


Awal menjadi nasabah bank sampah bagi saya adalah suatu pengalaman baru karena saya harus mencari sampah untuk di setorkan ke bank sampah seminggu sekali. Sampah yang kita kumpulkan pun tidak semuanya diterima di bank sampah. Harus di sortir terlebih dulu untuk mendapatkan harga beli yang berbeda. Misalnya botol biasa dengan botol yang sudah dipisahkan tutupnya harganya bisa berbeda. Awal mengumpulkan sampah saya suka diam-diam untuk menyimpannya, apalagi ketika harus mengambil sampah dan disitu banyak orang, lebih baik saya melupakan sampah tersebut,,,,,.
Setelah beberapa kali setor ke bank sampah saya mulai senang mengumpulkan sampah, tidak ada rasa terpaksa ketika harus mengambil sampah yang saya temui meski ada orang ditempat itu. Kadang ketika ada orang yang membuang sampah sembarangan, saya sengaja mengambilnya dan membuangnya ketempat sampah agar orang yang membuang sembarangan tersebut merasa di sindir jadi tidak membuang sembarangan lagi. Karena saya sering berinteraksi degan anak-anak, maka saya juga mulai mengajak anak-anak untuk mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang dan tidak bisa. Ketika sudah terbiasa melakukannya, anak-anak bila menemukan sampah selalu ingat dengan saya,,(wah sudah mirip pemulung sampah saya,,)

Saya selalu menyampaikan pada anak-anak, bahwa klo kita mengumpulkan sampah itu bukan perbuatan yang jelek. Justru  kita membantu menjaga kebersihan lingkungan dan perilaku itu mulia atau baik. Kalau saya istilahkan adalah “ pemulung berkelas” hehehe,,,,. Saya  berusaha ikut serta dalam kepedulian dengan cara saya sendiri dan itu tidak menggangu orang lain, bahkan orang di sekitar saya ikut-ikutan mengumpulkan sampah dan diserahkan ke saya. Menjaga lingkungan adalah tanggungjawab kita semua, kalau tidak dari diri sendiri dulu terus dari siapa yang bisa memulai. Kita tidak perlu malu untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan nyaman untuk semuanya.